(1)
kudengar kau bicara.
tentang sesuatu yang tak ingin kudengar.
tapi waktu
tak dapat kuputar. Jumat. namamu.
di beranda kala itu, kau ulang senandung.
kau rapal hingga genap.
lalu kau berkata, "Dengarkah suarasuara itu, hujan?"
“Ya..”
Sederhana saja: hujan gandrung pada jum’at.
begitu banyak yang tak bisa tersampaikan.
seperti bulan yang bungkam pada malam
dan api yang sulut pada hasrat.
(2)
tingkaptingkap semburat cahaya.
asamasam purba semai. Pernahkah kau pahami
waktu dan misteri ada dalam garis yang sama
dan baik kau juga aku
tidak pernah paham pada hakikat. Belum, mungkin.
Hingga..
“Jumat, kudapati kau dalam dimensi. kududuki
kau dalam rimbun hujan. Tak seharusnya
kita melingga.”
(3)
pada titik ini,
kita duduk pada kutub yang berbeda. ruangruang bicara
pada diam.
melepas rangka. sarat dalam kedalaman.
tapi waktu tak dapat kuputar.
Jumat, namamu.
itu cukup.
1 comments:
ketika gerak mengisi ruang
seperti gemercik air terus berulang
pun akhirnya hilang tersisa diam
Posting Komentar